oleh : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
Beliau rahimahullah mengatakan :
Diantara kesempurnaan nikmat Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman adalah ketika Allah turunkan kepada mereka kesulitan dan marabahaya (kesempitan). Dan musibah-musibah lainnya yang pada akhirnya justru akan mengembalikan mereka untuk mentauhidkan-Nya; sehingga mereka pun berdoa kepada-Nya dengan memurnikan agama (amal) untuk-Nya. Sehingga mereka pun hanya berharap kepada-Nya, dan tidak berharap kepada siapa pun selain-Nya. Hati mereka pun hanya bergantung kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya.
Karena sebab adanya musibah/kesulitan itulah akan tumbuh sikap tawakal mereka kepada-Nya, inabah/taubat kepada-Nya, merasakan manisnya iman, dan mencicipi kelezatannya, serta berlepas diri dari syirik; sebuah kenikmatan yang jauh lebih besar bagi mereka daripada nikmat berupa hilangnya penyakit, rasa takut, paceklik, atau diperolehnya kemudahan dan lenyapnya kesulitan dalam perkara-perkara ma’isyah/penghidupan dan penghasilan.
Karena sesungguhnya hal itu -diperolehnya kemudahan dan hilangnya kesulitan dalam perkara ma’isyah- adalah kelezatan-kelezatan badaniyah (yang bersifat fisik) semata dan merupakan kenikmatan duniawi; sesuatu yang bisa jadi orang kafir mendapatkan kenikmatan semacam itu (nikmat keduniaan) yang jauh lebih besar daripada apa yang dirasakan oleh seorang mukmin.
Sumber : Mawa’izh Syaikhil Islam, hal. 61